ysb-sumenep
Label
- Benarkah kita kikir? (1)
- Fenomena Prediksi (1)
- Kita dan kebahagiaan (1)
- Mengapa pamahaman syariat jika ditinjau dari pemahaman tarekat terbalik? (1)
- Mengenal rasa dalam ruhani (ruh) 1 (1)
- Mengenal Rasa Dalam Ruhani (ruh) 2 (habis) (1)
- Nadham (1)
- Nur Muhammad (1)
- Pemikiran dan musyahadah (1)
- pengertian khusyu' dalam thariqah (1)
- Shalat Sunnah Rajab Dalam AL-GHUNYAH (1)
- terjemah bebas nadham (1)
YSB Korwil Sumenep
Mengenal Jalan Hidayah dari Allah SWT.
Pertama, adalah hidayah yang langsung Allah berikan pada manusia tanpa perantara, Allah menyebutnya didalam Al-Quran dengan sebutan "HADIY" sebagaimana pada kalimat "YAHDI" dari asal kata "HADIY" pada potongan ayat ini "INNALLAHA YAHDII MAN YASYA' " " artinya sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada orang yang Ia kehendaki"
Kedua, adalah hidayah yang Allah sampaikan kepada manusia melewati wasilah yaitu melewati Mursyid. dan Allah menyebutnya didalam Al-Quran dengan kalimat "IRSYAD" dari asal kata "RASYADA"
dari kedua jalan ini, sedikitnya kita dapat berharap hidayah dari kedua jalan tersebut, semoga kita dapat bimbingan dari Guru Mursyid kita, agar kita selalu mendapatkan hidayah dari Allah SWT. dengan barokah dan karomah dari Tuan Guru kita Sayyidi Syaikh 'Abdul Qadir Al-Jailani dan Guru Mursyid kita!amin
بسم الله الرحمن الرحيم
بِحَمْدِكَ ياَرَبَّاه صَلِّ وَسَلِّمـــًا ۞ عَلَى خَيْرِ خَـلْقِ ثُمَّ ألٍ وَصَحْبِهِ
فَسُبْحـاَنَ مَنْ يَهْدِلَنـاَخَيْرَهَدِيِّهِ ۞ وَيُرْشِدُنـاَمِنْ بَعْدِهِ خَيْرَنَـهْجِهِ
وَيَخْتاَرَمَنْ خَيْرِالْخَــلاَئِقِ عَبْدِهِ ۞ مُحَمَّدٍالْهـاَدِيْ ِلأَحْساَنِ دِيْنِـهِ
فَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ فيِ كُلِّ أَزْمــاَنٍ ۞ خَلِيْفَتُهُ فيِ أَرْضِـهِ نَهْجَ هَدْيِـهِ
وَيُدْعى بِغَوْثِ الْخَلْقِ مَنْ بِيْعَ مِنْهُمْ ۞ خَلِيْفَتَهُ الْهـاَدِي ِلاِرْشـاَدِ عَبْدِهِ
وَمِنْ بَعْـدِهِ أَوْتـَادُ أَرْبَعُ نَسْـمَةٍ ۞ وَسَبْعٌ مِنَ اْلأَبْداَلِ هُمْ بَعْدُنُحْصِيْهِ
قُلُـوْبُـهُمُ قَلْـبَ الْخَلِيْلِ لِـرَبِّهِ ۞ وَبَعْدَهُمُ ارْبَعُـوْنَ مِنْ نُـجَباَ ئِهِ
ثَـلاَثُ مِائَة عَـدَّوْا هُمُ نُقَباَئَـهُ ۞ اِماَماَنِ يُدْعَى مَنْ بِقُطْبَيْـهِ أَرْضِهِ
فَجُمْلَـتُهُمْ سِتُّوْنَ مِنْ بَعْـدِ أَرْبَعٍ ۞ ثَلاَثُ مِائَة هُمْ يـَخْلُفُوْنَ بِأَرْضِهِ
يُـمِيْتُ وَيُحْيِي كُلَّ خَلْقٍ بِسِرِّهِمْ ۞ وَيُـمْطِرْوَيُنْمِيْ كُلَّ نَبَتٍ بِأَرْضِهِ
وَيُهْلِـكُهُمْ مَنْ أَنْكَرَالْعَهْدَرَبـَّهُمْ ۞ بِأَشْنَعِ بَأْسٍ سِيْءَ ماَ عُقِبُـوْابِـهِ
فَعِدَّتُـهُمْ هَـذاَ عَلى عَدِّ رُسْلِ اللّــهِ مِنْ لَـدُنٍ آدَمْ اِلى خَتْمِ رُسْلِهِ
فَعَـدُّجَمِيْعِ اْلأَوْلِيـَاءِ بِِاءِ ثْـرِهِمْ ۞ عَـداَدَ جَمِيْعِ اْلأَنْبِيـاَءِ بِأَرْضِهِ
وَهُمْ مِائَةُاَلْفٍ لِـمَنْ شـَاءَعَدَّهُمْ ۞ وَأَرْبَعَـةٌ عِشْرُوْنَ أَلْفًافَخُـذْبِهِ
بِـحَقِّ جَمِيْعِ اْلأَوْلِيـَاءِأَغِثْ لَنـَا ۞ وَأَصْلِحْ لَنـَاشَأْناً لِماَيُرْتَضَى بِهِ
وَاصْلِحْ لَنـَاحاَلاً اِلىَ أَنْ نَصِيْرَهُمْ ۞ وَيـَخْتاَرَناَ حَقـّاًَ لِماَ فُضِّلُوْا بِهِ
لَـهُمْ نَفَحاَتُ اللهِ فيِ كُلِّ لَـمْحَةٍ ۞ عَـراَئِسُهُ رَيْحـَانُهُ مَنْ بِأَرْضِهِ
صَـلاَةٌ وَتَسْلِيْمٌ عَلىَ خَيْرِ خَلْقِـهِ ۞ مُحَمّدٍالدَّاعِي بِـحُسْنِ خَلْقِـهِ
Nadham ini karya HA. Maimun busthami, karena keprihatinan beliau atas pengakuan sebagian orang bahwa mereka adalah khalifah Allah di bumi, padahal hakikat dari khalifatullah adalah orang-orang yang diplih oleh Allah untuk menjaga bumi serta isinya yang jumlahnya menurut sebagian besar ulama shufi adalah tiga ratus enam puluh empat saja. Semoga ketidak tahuan kita mengaku khalifatullah, tidak menjadikan suatu suul adab kita kepada Allah dan kepada Guru Mursyid kita. Amin! Inilah sambutan beliau pada nadham ini, semoga Allah selalu memberikan ampunan untuk kita semua, dan meningkatkan kwalitas derajat kita dihadapan-Nya… tentunya dengan barokah para Guru dan para khalifatullah di bumi ini. Amin ya mujiibas saailiin! Wallahu a'lam!
Bismillahirahmanirrahim
Dengan memuji Tuhan, semoga shlawat dan salam
atas makhluq terbaik kemudian pada keluarga dan para shahabatnya
Maha suci Engkau yang memberi hidayah yang terbaik pada kita
Dan memberi irsyad (petunjuk yg melewati Guru Mursyid) pada kita
dengan sebaik-baiknya petunjuk
Maha suci Engkau yang telah memilih makhluq terbaiknya
Yaitu Muhammad pemberi petunjuk untuk kebaikan agama-Nya
Dia adalah makhluq terbaik sepanjang masa.
Dan penerusnya yang menjadi penerang hidayah
Ia dipanggil dengan sebutan GHAUTS1, ialah orang yang meneruskan
Estafet dalam (irsyad) kepada hamba Allah di bumi ini
Selanjutya adalah "Autad"2 terdiri dari empat orang
Dan tuajuh dari para "Abdal"
Hati mereka adalah hati yang penuh cinta kepada Rabbnya
Dan empat puluh dari para "Nujaba' "3 Nya
Dan tiga ratus hitungan para "Nuqaba' "4 Nya
Dua panggilan Imam (Quthb)5 untuk menjaga kedua kutub bumi-Nya
Jumlah mereka adalah tiga ratus enam puluh empat
Dan mereka adalah Khalifah Allah di atas bumi-Nya
Allah menghidupkan dan mematikan dengan persetujuan mereka (khalifah)
Allah menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuhan juga atas persetujuan mereka
Dan Allah menurunkan siksaan kepada orang yang melanggar kepada janji Allah
Dengan siksaan yang besar atau kecil atas persetujuan mereka pula
Jumlah para wali (yang tiga ratus enam puluh empat itu)
Sama dengan jumlah para Rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad
Hitungan para Waliallah (yang pangkatnya berada di bawah tiga ratus inampuluh empat)
Adalah seratus dua puluh empat ribu (pedapat sebagian ulama' shufi)
Dengan haq para Auliya' semoga barokah terlimpah pada kita
Dan semoga Allah menambah kebaikan pada dzahiriyah kita
Serta memperbaiki haaliyah (keadaan bathin) kita dengan pertolongan mereka (para Auliya')
Dengan pilihan yang baik dari suatu keutamaan mereka dengannya
Semoga pertolongan Allah atas kita semua
Dalam segala kebaikan dan kebahagiaan
Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada mahkluq Allah terbaik
Yang telah mengajak kita pada budi pekerti yang baik
Amien…..
NB: Jika ada kekurangan mohon maaf yang tak ter batas. InsyaAllah kami menerangkan secara terperinci pada posting berikutnya!
Benarkah kita kikir?
Di kutip dari pidato KH. Moh. Ali Hanafiah Akbar pada manaqib tgl 16 mei 2010
Ingatlah kita diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sempurna dan serba dilengkapi dengan segala kebutuhan yang tak terhingga banyaknya, hingga kita tak dapat menghitung atas apa yang kita dapat dari Allah, kita hanya mendapat satu perintah pokok dari Allah yaitu beribadah kepadanya. Lalu apa yang kita berikan kepada-Nya??? Kalau kita jujur kita mengoreksi diri kita, maka tak ada yang kita berikan dari pada apa yag telah Allah berikan pada kita. Allah meminjamkan pada kita nafas, kekuatan, ikhtiar dan lainnya, dan Allah tak pernah minta bayaran pada kita. Allah hanya meminta satu dari kita yaitu kita disuruh menyembah kepadanya (ma'rifat) sebagaimana pengertiannya pada posting terdahulu. Sedang kita hanya santai memikirkan sholat atau pekerjaan orang lain, mengapa tidak kita urus hubungan kita sendiri kepada Allah. Ingat hubungan kita kepada Allah lewat hati kita, bukan apa yang dilihat oleh mata kita, maka hendaklah kita bisa kurangi mengurusi apa yang dilihat oleh mata yang di masukkan pada hati, tapi perhatikanlah apa yang telah keluarkan oleh hati kita. Sebagian lagi kita lebih banyak ingat dan menyembak pada Allah hanya saat shalat dan dzikir jahr kita, bukankah kita masih punya dzikir khafi yang terus mengikuti detak jantung kita? Maka jika kita terus ingat pada Allah maka kita tak akan melakukan hal-hal yang negatif baik menurut Allah ataupun manusia.
Kita sebagai ikhwan TQN Suryalaya patutlah bersyukur atas 105 tahun PP. Suryalaya sebagai wadah berkumpulnya para murid-murid pangersa Abah, maka dari itu marilah kita syukuri perayaan 105 tahun PP. Suryalaya dengan kemeriahan atas karunia Allah yang telah kita rasakan dengan mengenal TQN di PP.Suryalaya ini. PP. Suryalaya yang menjadi wadah kita akan melaksanakan ulang tahun ke 105. marilah kita bantu pelaksanaannya semaksimal mungkin sehingga acara dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Semoga keberkahan akan selalu kita raih dan dengan semangat 105 tahun Suryalaya semoga kita masuk kepada golongan orang-orang yang ma'rifat kepada Allah Azza wa jalla. Amin! ( Wallaahu A'lam)
H. DUDUN NURSAIDUDDIN. Ar
Putera K.H.A. SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN, ra. (Abah Anom)
Pada hari Minggu, 16 Mei 2010 M / 02 Jumadil Akhir 1431 H pukul 23.00 WIB. (Waktu Indonesia Bagian Barat) di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya.
Sesepuh dan Keluarga Besar serta ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya turut Bela Sungkawa, dan mendo’akan semoga Iman, Islam, Ihsan serta amal ibadah almarhum diterima oleh Allah Swt. Amin.
Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah SWT. memberikan kesabaran dan kekuatan lahir bathin dalam menerima musibah ini.
Kepada para ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, supaya dapat melaksanakan shalat Ghaib, tahlil serta do’a-do’a yang lainnya untuk almarhum.
Suryalaya, 16 Mei 2010
Baca maklumat
Ketahuilah bahwa kunci dari ma'rifat kepada Allah adalah mengetahui nafsu (diri) sebagaimana firman Allah: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa sesungguhnya itu adalah benar" dan sabda Rasulullah SAW " barang siapa yang mengetahui akan dirinya maka sungguh ia mengetahui tuhannya" tidak ada sesuatu apapun yang lebih dekat melebihi diri kita sendiri, bagaimana kita mengenal tuhan kita? Bila kita katakan sesungguhnya kita mengenal diri kita, sungguh yang kita ketahui hanyalah bentuk diri yang dzahir yang terdiri dari tangan, kaki, kepala, dan bangkai. Dan tidaklah kita ketahui bathinnya dari perkara yang meliputinya, kala kita marah yang kita butuhkan adalah kemenangan, dan jika timbul syahwat pada kita maka yang kita butuhkan adalah berhubungan seksual, jika kita lapar maka yang kita butuhkan adalah makanan, dan bila kita haus kita butuh air, dan tidak akan keluar dari perkara-perkara ini. Maka wajib bagi kita untuk mengetahui hakikat diri kita, hingga kita tahu untuk apa diri kita ada? Dari mana kita datang hingga sampai ke tempat ini (dunia)? Untuk apa kita diciptakan? Dengan apa pula kita bahagia? Dan dengan apa pula kita celaka? Sungguh telah terkumpul dalam batin kita beberapa sifat: sebagiannya adalah sifat bahaim (hewan), sebagian lagi sifat sabuiyah (hewan buas), sebagian lagi sifat syetan, dan sebagian lagi adalah sifat malaikat, dan ruh adalah permata kita sedangkan yang lain adalah asing bagi kita, dan semuanya adalah pinjaman pada kita. Maka wajiblah bagi kita untuk mengetahui semua ini, dan mengetahui bahwa setiap sifat-sifat tersebut mempunyai makanan dan kebahagiaan, kebahagiaan hewan adalah makan, minum, tidur dan berhubungan seksual. Jika kita termasuk bagian dari mereka maka ikutilah keinginan perut dan seksualitas. Sedangkan kebahagiaan binatang buas adalah melukai atau memukul, dan kebahagiaan syaitan adalah dalam menipu, berbuat kejelekan, dan tipudaya, jika kita sebagian darinya maka hendaklah sibukkan dengannya, sedangkan kebahagiaan sifat malaikat adalah menyaksikan keindahan hadrat ketuhanan, dan tidaklah menjadikan marah dan keinginan sebagai jalan. Jika kita adalah bagian dari malaikat, maka hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam mengetahui asal kita, hingga kita mengetahui jalan mengetahui tuhan kita, dan sampai pada musyahadah sifat Al-jalal dan Al-jamal, dan mengikhlashkan diri dari ikatan syahwat dan marah, dan belajar sesungguhnya sifat-sifat ini, untuk apa kita menggunakannya, maka tidaklah allah menciptakannya untuk menjadikan kita sebagai tawanannya, melainkan menciptakan sifat-sifat tersebut supaya ia dapat menjadi tawanan kita, dan kita menjadikan kaki dari perjalanan kita, dan sifat yang lain menjadi tunggangan kita, dan yang lain lagi menjadi senjata kita, hingga kita dapat menangkap kebahagiaan kita. Dan jika kita sampai pada tujuan kita maka berdirilah pada kedua kaki kita, dan kembalilah pada tempat kebahagiaan kita. Dan itu adalah tempat ketetapan khusus dari Allah, dan tempan ketetapan orang awam adalah derajat surga. Hendaklah kita butuhkan pengetahuan pada ma'ani (beberapa makna) ini, sehingga kita dapat mengetahui tentang diri kita sedikit demi sedikit, maka setiap orang yang tidak mengetahui dari pengetahuan ma'ani ini, maka ia mendapatkan terbukanya aib, karena kebenaran bertempat pada yang di hijab. Wallahu a'lam! (sebagian besar dari teks adalah kutipan sebagai tambahan ilmu dan marilah kita kaji dengan thariqah kita, jika ada yang di tanyakan tentang kaitan teks diatas silahkan kirim ke achmadaa79@gmail.com)
Pemikiran dan musyahadah
Allah berfirman dalam Al Quran:
وَماَ خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah"
Abdullah bin 'Abbas (ibnu Abbas) menafsiri lafadz liya'budun (agar menyembah) dengan liya'rifun (agar ma'rifat). Secara bahasa punya pengertian bahwa jin dan manusia diciptakan hanyalah untuk ma'rifat, otomatis orang yang belum ma'rifat berarti belum menyembah. Maka kalau dilihat dari penafsiran Ibnu Abbas tersebut, kita masih belum menyembah kepada Allah, karena kita belum sampai kepada tingkatan ma'rifat. maka dalam munajat kita setiap kita akan melaksanakan dzikir kita selalu menyebut a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang ma'rifat kepada Allah. Amin!
اَلَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ قِياَماً وَقُعُوْداً وَعَلىَ جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فيِ خَلْقِ السَّمَواَتِ وَاْلأَرْضِ رَبّناَ ماَخَلَقْتَ هَذاَ باَطِلاً سُبْحاَنَكَ فَقِناَ عَذاَبَ النَّارِ
Konsep ini juga di kenal dengan ulul albab, secara pemahamannya bahwa orang yang berdzikir dalam keadaan bagaimanapun baik derdiri, duduk atau melakukan aktifitas lainnya, dari hati itulah kita akan menerima ilham dan disaring antara yang baik dan yang buruk, yang baik akan di terima hati sedang yang buruk di terima pikiran (akal). Dengan dzikir itulah kita dapat mengeluarkan energi positif yang akan membawa pikiran kita kepada apa sesuatu yang telah diciptakan Allah yang ada di langit dan di bumi, jadinya pemikiran kita ditimbulkan dari hati dan diterima oleh otak, maka pemikiran dengan kekuatan dzikir dari hati tersebut akan memunculkan musyahadah, atau penyaksian hati kepada Allah, musyahadah inilah yang disebut dalam Al Quran sebagai sesuatu yang luar biasa, dan ia akan berproses menjadi ma'rifat. Firman Allah:
رَبّناَ ماَخَلَقْتَ هَذاَ باَطِلاً سُبْحاَنَكَ فَقِناَ عَذاَبَ النَّارِ
"Wahai tuhan kami sungguh Engkau tidak akan membuat yang Bathil (rusak) mahasuci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka". Kaetika kita sudah musyahadah pada apa yang harus dijalankan pikiran yang dimunculkan oleh Allah dalam hati, maka kitapun bahwa apa yang kita saksikkan adalah kebenaran yang haqiqi, maha suci Allah semoga kita di jauhkan dari api neraka, karena ketidak tahuan kita akan apa yang telah Allah ciptakan. Semoga kita selalu mendapat barokah dan bimbingan dari guru agar kita dapat mencapai ma'rifat kepada Allah. Amin…. Wallahu a'lam bis shawaab!
Pada posting terdahulu kita sudah sedikit membahas tentang rasa dalam Ruh Jasmani dan sebagian Ruh Rahmani, sekarang kita lanjutkan tentang rasa dalam Ruh Rahmani ini, tanda-tanda ruh ini yang Allah sebutkan dalam Al-Quran adalah rasa gembira dan susah (sedih). Dalam kitab "Sirrul Asrar" Tuan Guru Syaikh Abdul Qadir Al-jailani Qs. diterangkan bahwa ruh ini amaliyahnya adalah Thariqah. Maka dari itu dalam beberapa pengajian pemateri menyampaikan, bahwa semestinya orang berthariqah seharusnya menggunakan ruh rahmaninya, dalam artian orang yang berthariqah semestinya menggunakan thariqahnya bukan lagi di syariatnya, karena dalam syariat sudah ada ruh jasmaninya yang harus digunakan, jadi sedikitnya kita membedakan mana amaliyah jasmani (syari'at) dan mana amaliyah ruhaniyah atau rahmani (thariqat) dalam rasa, namun jangan lupa bahwa semua amaliyah itu harus di laksanakan dalam satu rangka jasad, jadi tetap dilaksanakan semuanya antara amaliyah syari'at dan amaliyah thariqat. Dan amaliyah thariqah ini dari asma' yakni berupa huruf atau lafadz lalu dengan kehendak Allah akan berpindah sehingga ia akan berproses memenuhi dalam hati dan nur dari Allah akan tampak bagai hujan yang turun sehingga iapun terpaksa dzikir itu menggerakkan seluruh apa yang ada pada tubuh kita mengikuti dzikir yang ada dalam hati dan disinilah Ruh Sulthani berperan dengan mempertahankan dzikir tersebut, yakni amaliah dalam Sulthani adalah mudawamah, (terus menerus) dan akhirnya sampai akhirnya menjadi sirr. Jadi rasa dalam ruh sultani adalah ketika keseluruhan yang ada pada badan kita terpaksa mengikuti dzikir yang ada pada hati, dikatakan terpaksa karena ia akan mengikuti sendiri meski sebagian anggota badan ingin melakukan pekerjaan lain tapi dzikir itu tak terbendung masuk pada sebagian anggota tubuh tersebut. Sebagian dari ikhwan bertanya kepada pemateri, adakah kiranya orang yang tidak mengalami perjalanan rasa seperti yang di sebutkan tetapi dapat sampai pada tingkatan ma'rifat? Jawabannya ada, sebab semuanya tergantung pada kehendak Allah Azza Wa Jalla, dan segala sesuatu yang ada di bumi ini bersifat mungkin. Beliau berpesan masalah rasa ini cukup sampai di sulthani saja, biar selanjutnya masing-masing yang merasakan karena walaupun saya ceritakan tidak akan dapat diumpamakan karena sudah berupa rasa. Yang penting menurut beliau bagaimana para ikhwan TQN PP.Suryalaya dapat mengamalkan Thariqah ini dengan menggunakan Ruh Rahmaninya sehingga dapat mencapai mahabbah dan ma'rifat pada Allah Azza Wa Jalla. Dan tentunya juga dengan bimbingan dan barokah dari para Guru pedahulu kita! Wallahu A'lam!
Mengenal Rasa Dalam Ruhani (ruh) Bagian 1
Sekarang masalah ruh jasmani yang mempunyai rasa yang diberi tugas amaliah yang wajib dari Allah yaitu melaksanakan kewajiban syari'at tanpa syirik, riya' sum'ah dan semua yang ada dalam ilmu akhlaq termasuk juga dzikir jahr, maka rasa akan lebih dalam dan dapat merasakan bahwa ia berada dalam alam mulki (alam kasat mata) dan terus berproses lagi sehingga rasa itu berpindah alam dari alam mulki ke alam malakut yakni alam rasa dari para malaikat, pada perpindahan ini terjadi masa transisi yang kita kenal dengan fana', kenapa ada masa transisi? Karena bingungnya rasa yang baru mengenal alam baru. Contohnya kalau kita datang ke Jakarta dan sebelumnya kita belum pernah sampai ke Jakarta maka kita akan kebingungan, dan kebingungan itu akan menghilang tergantung pada usaha orangnya. Alam malakut itu sudah masuk dalam lingkup ruh rahmani. Tanda yang dapat kita rasa dari rahmani adalah rasa gembira atau rasa sedih, itulah sebagian tanda dari adanya ruh rahmani. Dan dalam hati ini kita dapat merasakan ilham dari Allah, yakni segala yang berupa jawaban dari Allah atau dari apapun yang menjadi pertanyaan kita atau bukan, akan dapat diterima oleh hati. sebagaimana firman Allah :
Contohnya ketika kita akan terjerumus dalam suatu kemaksiatan maka apa yang dapat kita rasakan pertama kali? Tentunya adanya rasa tidak terimanya hati untuk melakukan kemaksiatan tersebut, itu terjadi secara spontan. Akan tetapi kebanyakan orang yang tidak peka pada rasa dalam hati, akan dikalahkan oleh akal yang di kemudikan oleh syaitan sehingga dapat melakukan kemaksiatan tersebut. Semua ini didapat bukan karena ilmunya yang banyak atau sekolah yang tinggi, tetapi semunya dapat diraih hanya dengan dzikir yang telah di talqinkan. Wallahu a'lam!
Dalam pengertian thariqah, khusyu' bukanlah dibuat-buat akan tetapi harus muncul dari hati tiada lain yang dapat memunculkan itu semua adalah dengan dzikrullah. Jika ditinjau dari kata (lafadz), kata qulub dalam qulubuhum dalam ayat diatas mengandung arti beberapa hati yakni kata ini tergolong lafadz jama' (kata yang menunjukkan tiga benda atau lebih), maksud beberapa hati adalah ruh yang tersusun dari empat susunan itu, karena ruh itulah yang dapat menerima rasa, makanya ulama' sufi mempunyai pengertian tiga hati adalah tingkatan ketiga dari pada susunan ruh tersebut. Jadi susunan ketiga dari pada ruh itu adalah ruh sulthani (ruh sulthan atau penguasa ruh dalam tubuh), jika penguasa (hati) beraksi (berdzikir) maka seluruh pori-pori dan segala yang ada dalam tubuh akan ikut terkontaminasi dengan dzikirnya. Dalam tingkatan itu kita akan dapat merasakan khusyu' yang haqiqi tak ada yang lain dalam hatinya selain Allah saja, namun bukan sampai disini tujuan kita berthariqah, karena masih akan terus berproses. Sekarang bagaimana dengan kenyataan yang sedang kita hadapi, yakni dalam kenyataannya kita tidaklah sampai pada tingkatan itu. Ingatlah! orang yang mendapatkan semua itu bukanlah karena lamanya masuk didalam thariqah, bukan pula karena banyaknya hitungan dzikir yang kita lakukan atau karena diangkat jadi wakil talqin, ingat wakil talqin bukanlah pangkat atau kedudukan dalam thariqah tapi pemegang amanah dari pengersa Abah, akan tetapi semua itu hanya karena kehendak Allah semata yang dapat menjadikannya sampai kepada tingkatan tersebut . Seharusnya kita terus bersyukur saat sekarang ini kita menjadi orang yang berthariqah yang sudah naik satu tingkat dan tinggal satu tingkat lagi untuk sampai pada tingkatan itu, dan akan terus berperoses kearah yang lebih dari semua itu, dengan bimbingan, kasih sayang guru, juga barokah dan karomah guru serta sulthon auliya'. Amien…. Wallahu a'lam!
Sedangkan alam tarekat ruh yang digunakan atau yang berjalan adalah "ruh rahmani" ruh ini punya alam wilayah malakut (alamnya malaikat) kenapa disebut alam malakut? Karena ruh ini yang digunakan para malaikat, buktinya dari sifat-sifat ruhaniyah orang yang menggunakan ruh ini (orang yang bertarekat) sama seperti sifat-sifat yang digunakan para malaikat, yakni malaikat tidak akan mengerjakan pekerjaan lain selain yang diperintahkan Allah pada setiap malaikat. Maka dari itu orang yang menggunakan ruh ini tidak akan terinterpensi oleh siapapun kecuali Allah, sehingga ia hanya menghukumi dan melihat dan semua pekerjaannya dilandaskan pada apa yang ada dalam hatinya, sehingga dalam memahami hukum orang tarekat menghukumi dengan hatinya yang keluar dari dalam dan di aplikasikan kepada sesuatu yang kasat mata. Jadi inti perbedaan nya ada di sudut pandangnya, kalau syariat menghukumi dengan landasan akal lewat apa yang dilihat oleh mata, dan tarekat menghukumi dengan landasan hati yang selalu menerima rasa dari Allah SWT pebuktian orang bertarekat sudah menggunakan ruh rahmani, dapat dirasakan dengan sesuainya rasa yang tumbuh dalam Qalbu (hati)pada Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW. sehingga bagi orang tarekat Al-Quran bukan menjadi pedoman melainkan menjadi rujukan. "WALLAHU A'LAM" Dan pemahaman ini akan menjadi standart tulisan-tulisan posting berikutnya! Insy Allah.