ysb-sumenep
Label
- Benarkah kita kikir? (1)
- Fenomena Prediksi (1)
- Kita dan kebahagiaan (1)
- Mengapa pamahaman syariat jika ditinjau dari pemahaman tarekat terbalik? (1)
- Mengenal rasa dalam ruhani (ruh) 1 (1)
- Mengenal Rasa Dalam Ruhani (ruh) 2 (habis) (1)
- Nadham (1)
- Nur Muhammad (1)
- Pemikiran dan musyahadah (1)
- pengertian khusyu' dalam thariqah (1)
- Shalat Sunnah Rajab Dalam AL-GHUNYAH (1)
- terjemah bebas nadham (1)
YSB Korwil Sumenep
Terima Kasih
Sabtu, 03 April 2010
23.26 |
Diposting oleh
Abdul Mun'im Achmad
Pengertian khusyu' dalam thariqah
Sebagian orang mengartikan khusyu' hanya dalam shalat saja, ada yang memaknai khusyu' dengan mengartikan makna dari lafadz-lafadz yang dibaca dalam shalat, ada pula yang memaknai khusyu' dengan menyatukan hati dengan Allah, dan mugkin masih banyak lagi pengertian dari pada makna khusyu'. Namun tidak begitu jika ditinjau dari pemahaman thariqah, sebab dalam pemahaman thariqah pemahaman syariat jadi terbalik, sebagaimana posting terdahulu. Maka khusyu' dalam thariqah tidaklah digunakan dalam shalat saja, namun dalam keseluruhan tingkah laku (hal), yang dimaksud khusyu' dalam thariqah sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran :
أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِاللهِ
"Hendaknya kamu mengkhusyu'kan beberapa hati kalian dengan Dzikrullah (ingat kepada Allah)"
Dalam pengertian thariqah, khusyu' bukanlah dibuat-buat akan tetapi harus muncul dari hati tiada lain yang dapat memunculkan itu semua adalah dengan dzikrullah. Jika ditinjau dari kata (lafadz), kata qulub dalam qulubuhum dalam ayat diatas mengandung arti beberapa hati yakni kata ini tergolong lafadz jama' (kata yang menunjukkan tiga benda atau lebih), maksud beberapa hati adalah ruh yang tersusun dari empat susunan itu, karena ruh itulah yang dapat menerima rasa, makanya ulama' sufi mempunyai pengertian tiga hati adalah tingkatan ketiga dari pada susunan ruh tersebut. Jadi susunan ketiga dari pada ruh itu adalah ruh sulthani (ruh sulthan atau penguasa ruh dalam tubuh), jika penguasa (hati) beraksi (berdzikir) maka seluruh pori-pori dan segala yang ada dalam tubuh akan ikut terkontaminasi dengan dzikirnya. Dalam tingkatan itu kita akan dapat merasakan khusyu' yang haqiqi tak ada yang lain dalam hatinya selain Allah saja, namun bukan sampai disini tujuan kita berthariqah, karena masih akan terus berproses. Sekarang bagaimana dengan kenyataan yang sedang kita hadapi, yakni dalam kenyataannya kita tidaklah sampai pada tingkatan itu. Ingatlah! orang yang mendapatkan semua itu bukanlah karena lamanya masuk didalam thariqah, bukan pula karena banyaknya hitungan dzikir yang kita lakukan atau karena diangkat jadi wakil talqin, ingat wakil talqin bukanlah pangkat atau kedudukan dalam thariqah tapi pemegang amanah dari pengersa Abah, akan tetapi semua itu hanya karena kehendak Allah semata yang dapat menjadikannya sampai kepada tingkatan tersebut . Seharusnya kita terus bersyukur saat sekarang ini kita menjadi orang yang berthariqah yang sudah naik satu tingkat dan tinggal satu tingkat lagi untuk sampai pada tingkatan itu, dan akan terus berperoses kearah yang lebih dari semua itu, dengan bimbingan, kasih sayang guru, juga barokah dan karomah guru serta sulthon auliya'. Amien…. Wallahu a'lam!
Dalam pengertian thariqah, khusyu' bukanlah dibuat-buat akan tetapi harus muncul dari hati tiada lain yang dapat memunculkan itu semua adalah dengan dzikrullah. Jika ditinjau dari kata (lafadz), kata qulub dalam qulubuhum dalam ayat diatas mengandung arti beberapa hati yakni kata ini tergolong lafadz jama' (kata yang menunjukkan tiga benda atau lebih), maksud beberapa hati adalah ruh yang tersusun dari empat susunan itu, karena ruh itulah yang dapat menerima rasa, makanya ulama' sufi mempunyai pengertian tiga hati adalah tingkatan ketiga dari pada susunan ruh tersebut. Jadi susunan ketiga dari pada ruh itu adalah ruh sulthani (ruh sulthan atau penguasa ruh dalam tubuh), jika penguasa (hati) beraksi (berdzikir) maka seluruh pori-pori dan segala yang ada dalam tubuh akan ikut terkontaminasi dengan dzikirnya. Dalam tingkatan itu kita akan dapat merasakan khusyu' yang haqiqi tak ada yang lain dalam hatinya selain Allah saja, namun bukan sampai disini tujuan kita berthariqah, karena masih akan terus berproses. Sekarang bagaimana dengan kenyataan yang sedang kita hadapi, yakni dalam kenyataannya kita tidaklah sampai pada tingkatan itu. Ingatlah! orang yang mendapatkan semua itu bukanlah karena lamanya masuk didalam thariqah, bukan pula karena banyaknya hitungan dzikir yang kita lakukan atau karena diangkat jadi wakil talqin, ingat wakil talqin bukanlah pangkat atau kedudukan dalam thariqah tapi pemegang amanah dari pengersa Abah, akan tetapi semua itu hanya karena kehendak Allah semata yang dapat menjadikannya sampai kepada tingkatan tersebut . Seharusnya kita terus bersyukur saat sekarang ini kita menjadi orang yang berthariqah yang sudah naik satu tingkat dan tinggal satu tingkat lagi untuk sampai pada tingkatan itu, dan akan terus berperoses kearah yang lebih dari semua itu, dengan bimbingan, kasih sayang guru, juga barokah dan karomah guru serta sulthon auliya'. Amien…. Wallahu a'lam!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar